Beberapa waktu lalu, di awal bulan Mei, dunia
penerbangan di Indonesia di kagetkan dengan dua kejadian alam yang
mengakibatkan kecelakaan. Pada tanggal 4 Mei 2016, maskapai Etihad Airways
dengan nomor penerbangan EY 474 yang membawa jamaah Umrah dengan rute Abu Dhabi
– Jakarta mengalami turbulensi. Tiga hari berselang, turbulensi juga terjadi
pada maskapai Hongkong Airlines pada tanggal 7 mei 2016 dengan rute Denpasar –
Hongkong saat berada mengudara di Kalimantan. Kedua pesawat ini mengalami
turbulensi di udara yang menyebabkan guncangan hebat di dalam kabin pesawat.
Memang tidak ada korban jiwa dalan dua insiden ini, namun tercatat sebanyak 31
penumpang Etihad Airways mengalami cedera begitu pula dengan 17 penumpang
Hongkong Airlines.
Kedua kejadian ini tentu menjadi perbincangan serius
di kalangan pengamat dunia penerbangan dan para pilot. Hal ini disebabkan
dekatnya rentang waktu antara dua kejadian ini. Ditambah lagi dengan banyaknya
korban yang terkena musibah ini. turbulensi ini menjadi indikasi bahwa angin
menjadi salah satu yang sangat diperhitungkan dalam dunia penerbangan. Tidak
hanya saat mengudara, angin menjadi faktor krusial pada saat take off dan landing. Selain turbulensi, sebenarnya terdapat pula angin-angin
lain yang memiliki dampak baik positif maupun negatif pada penerbangan.
HEADWIND
Pada saat take
off dan landing, angin
dimanfaatkan untuk menambah gesekan dengan badan pesawat. Angin ini berhembus dari muka pesawat atau dinamakan
headwind. Pada saat take off, headwind berfungsi untuk menambah gesekan angin dengan sayap
pesawat. Saat gesekan ini besar, maka akan meningkatkan gaya angkat pesawat
yang akan memudahkan pesawat untuk lepas landas. Hal ini sangat diharapkan oleh
para pilot agar sebelum pesawat mencapai ujung landasan, pesawat sudah
mengudara dan menghindarkan dari kecelakaan.
Pada saat landing,
headwind akan menambah gesekan dengan
badan pesawat yang membuat pesawat akan berhenti sebelum runway mencapai ujung
yang akan menghindarkan pesawat dari
kecelakaan akibat tergelincir di ujung landasan.
TAILWIND
Di sisi lain terdapat angin yang berhembus dari ekor
pesawat. Angin ini dinamakan tailwind.
Tailwind ini patut dihindari oleh
pilot karena tailwind berkebalikan
dengan headwind. Saat pesawat akan take off, tailwind akan mengurangi gesekan angin dengan sayap pesawat yang
beresiko membuat pesawat kehilangan gaya angkatnya yang beresiko membuat
pesawat belum mengudara saat landasan berakhir. Begitu pula saat landing, tailwind akan mengurangi gesekan angin dengan badan pesawat yang
beresiko pesawat akan tergelincir keluar hingga ujung landasan.
HEADWIND
|
TAILWIND
|
|
GROUNDRUN
|
PENDEK
|
PANJANG
|
GROUNDSPEED
|
RENDAH
|
TINGGI
|
CLIMB ANGLE
|
CURAM
|
LANDAI
|
DIRECTIONAL CONTROL
|
BETTER
|
WORSE
|
TAKE OFF PERFORMANCE SAAT HEADWIND DAN TAILWIND
HEADWIND
|
TAILWIND
|
|
GROUNDRUN
|
SHORTER
|
LONGER
|
GROUNDSPEED
|
LOWER
|
HIGHER
|
DESCENT ANGLE
|
STEEPER
|
SHALLOWER
|
DIRECTIONAL CONTROL
|
BETTER
|
WORSE
|
LANDING PERFORMANCE SAAT HEADWIND DAN TAILWIND
Meskipun demikian, angin-angin ini memiliki manfaat
dan kekurangan yang berbeda. Headwind
kurang bermanfaat bagi pesawat saat berada diudara, terutama pesawat dengan
rute perjalanan yang cukup jauh. Hal ini dikarenakan pesawat akan memakan
banyak bahan bakar untuk melawan hembusan angin dari muka pesawat. Sedangkan
tail wind dimanfaatkan pada saat pesawat sudah mengudara untuk megurangi
kebutuhan bahan bakar. Pesawat yang mendapatkan tailwind akan mendapat dorongan dari ekor pesawat sehingga
mengurangi kerja mesin. Tailwind
sangat bermanfaat bagi pesawat dengan rute perjalanan yang jauh.
CROSSWIND
Selain headwind
dan tailwind, adapula angin yang
berembus dari samping pesawat yaitu crosswind.
Crosswind adalah angin yang harus
diwaspadai oleh para pilot baik pada saat take
off maupun landing. Crosswind dapat mengakibatkan pesawat
tergelincir ke samping runway. Jika crosswind
ini cukup kuat dan terjadi dengan tiba-tiba, bukan tidak mungkin pesawat akan
oleng sehingga sayap pesawat akan patah dan mengakibatkan kecelakaan yang lebih
besar. Untuk mengatasi crosswind,
dibutuhkan kemampuan dan pengalaman dari seorang pilot.
Crosswind tidak selalu berhembusdari samping secara tegak
lurus. Crosswind dapat juga berhembus
dari sisi depan-samping terhadap arah haluan pesawat. Untuk mengatasi crosswind ini, pilot perlu mengetahui
komponen mana yang lebih besar antara headwind
dan tailwind. Jika tailwind lebih
besar, maka pilot akan mengganti arah runway-nya
sehingga lebih besar headwind yang
diterimanya.
Salah satu angin lain yang menyebabkan banyak
kecelakaan adalah windshear atau
angin gradien. Angin ini adalah angin yang berubah baik arah maupun
kecepatannya dalam waktu yang singkat dan wilayah yang kecil. Angin ini
mengakibatkan pesawat kehilangan gaya angkatnya. Angin ini sangat membahayakan
terutama pada saat take off dan landing karena arah angin daat berubah
180 derajat sehingga mengacaukan baik kecepetan maupun gaya angkat pesawat. Pesawat
akan mengalami kenaikan atau penurunan kecepatan yang tiba-tiba yang sering
mengakibatkan kecelakaan.